Produce Anda Provide
Kita yang hidup di jaman ini melihat contoh yang lengkap dari kerusakan yang dibuat oleh dunia barat maupun dunia timur. Dalam bidang ekonomi khususnya urusan pangan, pengelolaan a la barat membuat sekitar 10 % penduduk dunia mengalami obesity sementara sekitar 11 %-nya kelaparan. Pengelolaan a la timur membuat antrian untuk membeli makanan semakin mengular. Mengapa di jaman yang serba canggih ini urusan pangan nampak begitu rumit ? Karena umat pertengahan, umat yang seharusnya paling adil itu belum banyak berbuat di jaman ini. (Gerai Dinar)
Begitulah kabar dari Sang Pencipta – bahwa Dia menciptakan kita sebagai umat pertengahan yang paling adil : “Dan demikianlah Aku jadikan kamu ummatan wasathan…” (QS 2:143). Menurut Ibnu Katsir ummatan wasathan artinya umat paling adil, paling baik dan paling terhormat. Dan ini sejalan dengan janji Allah lainnya : “Dan janganlah kamu merasa lemah dan jangan pula bersedih hati, sebab kamulah yang paling tinggi derajatnya bila kamu beriman” (QS 3:139).
Untuk menjadikan kita sesuai grand design-Nya sebagai umat terbaik, maka dilengkapilah kita ‘manual’ berupa petunjuk untuk menjawab semua persoalan hidup manusia sepanjang jaman di seluruh alam (QS 16:89) – sejauh kita bener-bener mau menggunakan petunjuk dan manual itu. Lebih dari itu, masih di ayat yang sama (QS 16:89), bila kita menggunakan petunjukNya untuk menyelesaikan persolan hidup kita, kita akan diberi bonus berupa rakhmatNya dan kabar gembira dariNya.
Ini juga sejalan dengan ayat lain yang menjelaskan bila kita dalam kesulitan dan mau berdo’a kepadaNya, Dia akan mengangkat kesulitan itu dan disertai bonus berupa dihilangkannya keburukan kita dan dijadikannya kita khalifah – orang yang menguasai bidangnya – di muka bumi ini (QS 27:62). Nah sekarang kita coba gunakan segala petunjuk dan kabar baik dariNya tersebut untuk menyelesaikan persoalan ekonomi khususnya urusan yang sangat mendasar dari kebutuhan hidup manusia, yaitu urusan pangan tersebut di atas.
Mengapa pengurusan pangan a la barat bermasalah ? karena misi utama mereka adalah mencari keuntungan semaksimal mungkin. Apa saja akan mereka lakukan untuk mencapai misi ini. Bila perlu merusak tanaman dengan GMO-pun mereka akan lakukan demi untuk bisa menekan cost dan harapan untuk memperoleh keuntngan maksimal. Merusak alam dengan pupuk kimia, kartel untuk menguasai pasar, menimbun, menendang yang kecil keluar dari pasar dlsb. dianggap sahsah saja bagi mereka. Bahkan kalau untuk mencapai keuntungan maksimal tersebut mereka harus mengorbankan kesehatan masyarakat jangka panjang-pun mereka akan lakukan.
Itulah mengapa di pasar dibanjiri dengan makanan yang High Energy Densiy (HED) – tinggi energi dan minim nutrisi, karena nutrisi tidak mudah diakali. Keuntungan mereka akan turun bila fokusnya adalah nutrisi. Karena target mereka keuntungan, maka orang miskin yang minim daya beli bukan target untuk mereka. Mereka memproduksi makanan hanya bagi yang mampu membeli dan memberi keuntungan maksimal bagi mereka. Pendekatan bermotif keuntungan semata inilah yang sekarang dominan di dunia sehingga kesengsaraan bagi yang mampu beli – dengan berbagai penyakit kegemukan dan obesity, dan kesengsaraan pula bagi yang tidak mampu membeli – berupa kelaparan yang melanda 1 dari setiap 9 orang di dunia. Di sisi lain ada sedikit negara yang tidak mau mengikuti cara barat dalam pengelolaan ekonomi dan khususnya urusan pangan mereka. Mereka berusaha memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya dengan cara mereka sendiri, negara dan rakyat dijadikan target kekuasaan. Penguasa yang tanpa petunjuk berusaha mengendalikan segala kebutuhan rakyatnya.
Walhasil kita juga melihat contohnya di Venezuela, rakyat harus mengantri mengular setengah hari hanya untuk membeli makanan mereka sehari-hari. Mereka bereksperimen dengan segala hukum yang dibuatnya sendiri yang berdampak juga menyengsarakan rakyatnya. Lantas apa solusi dari umat wasathan ? Intinya umat ini hanya menjadi unggul bila kita menggunakan petunjukNya (QS 3:138-139). Tidak cukup hanya dibaca, dihafal dan dipahami, tetapi masalah nyata harus diatasi dengan tindakan nyata. Kelaparan dan ketimpangan ekonomi adalah masalah nyata, demikian pula kegemukan, obesity, kelaparan dan potensi antrian bahan pangan yang panjang – semuanya nyata – bukan sekedar wacana.
Kita tidak cukup hanya sampai memahami bahwa oh di sana-sini ada penyakit kegemukan, obesity dan ada pula kelaparan, oh di balik bumi kita ada negeri kaya yang harus antri bahan pangan. Kita dituntut untuk berbuat mengatasi masalah yang ada dan mengantisipasi problem yang lebih serius yang mungkin terjadi. Kita ditantang oleh Allah untuk menempuh jalan yang mendaki lagi sukar : “Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan. Maka tidakkah sebaiknya (dengan hartanya itu) ia menempuh jalan yang mendaki lagi sukar?” (QS 90:10-11). Diantara jalan yang mendaki lagi sukar itu adalah : “… memberi makan di hari kelaparan” (QS 90 :14).
Jadi dengan niat atau motive yang berbeda, umat ini berusaha untuk bisa memberi makan bukan untuk meraih keuntungan semata, bukan pula untuk meraih kekuasaan, kita memberi makan karena itu memang diperintahkanNya langsung. Bahkan kalau kita abai terhadap perintah tersebut – diam kita-pun sudah dianggap sebagai dusta.
Ketika kita nantinya insyaAllah berhasil-pun bukan hanya untuk kita sendiri, zakat terbesar sesudah harta temuan adalah zakat produksi pangan (pertanian). Para petani membayar zakat jauh lebih besar dari para pedagang dan pegawai, mereka bertani bukan hanya untuk dirinya sendiri – mereka berproduksi untuk bisa memberi.
Petunjuk detil itu terus mengalir mulai dari apa yang kita harusnya tanam (QS 80:24-32), bagaimana cara menanamnya (QS 36:33 ; QS 16:10-11; QS 22:5 dst), apa yang harus dilakukan ketika menjelang dan saat panen tiba (QS 6:99 dan 141), sampai juga ketika kita memakannya (QS 6:141). Bila saja semua petunjuk ini kita indahkan dan kita laksanakan, maka segala problem yang ada di dunia berupa kegemukan, obesity, kelaparan dan antrian bahan pangan akan dapat diatasi atau minimal ditekan serendah mungkin.
Mengapa solusi yang begitu gamblang ini belum juga dijalankan ? ya karena kita semua masih amat sangat sedikit berbuat. Kalau motifnya keuntungan semata, tentu lebih enak duduk di kantor ber-AC – kita sudah akan mendapatkan keuntungan yang lebih baik dari bertani yang penuh resiko.
Kalau motifnya kekuasaan atau kendali terhadap rakyat, maka ikut PEMILU atau PILKADA bisa jadi jalan yang lebih mudah dan cepat untuk sampai ke tampuk kekuasaan.
No comments:
Post a Comment