Cari

Kunci kemenangan yang perlu kita miliki

berani

Salah satu pelajaran iman itu saya peroleh dari sahabat saya seorang professor sains yang sangat mashur di bidangnya. Dalam dunia profesi sang professor, sesuatu dianggap benar itu harus bisa dibuktikan dengan teori-teori, riset dan berbagai pembuktian ilmiah lainnya. Sampai suatu saat sahabat saya ini ketakutan sendiri, takut kalau ilmunya justru membawanya kepada kekufuran. Mengapa ? karena syarat iman, syarat seseorang mendapatkan petunjuk, syarat seorang bisa mencapai derajat takwa adalah beriman kepada yang ghaib ! (GeraiDinar)


Bahkan petunjuk (huda) kepada orang yang bertakwa, petunjuk yang tiada keraguan sedikit-pun didalamnya ini hanya dan hanya jika seorang itu percaya pada yang ghaib – ini diletakan Allah di ayat-ayat awal huda (Al-Qur’an) itu sendiri (QS 2:1-5).


Dampak beriman kepada yang ghaib ini sungguh luar biasa. Di puncak prestasi keilmuan seorang professor-pun bisa tunduk dan patuh, bahwa tidak semua kebenaran harus bisa dibuktikan dengan teori dan pemikiran manusia. Bahkan karena keterbatasan otak manusia ini, hanya sangat-sangat sedikit yang bisa diolah dalam kapasitas otaknya.


Dampak iman kepada yang ghaib ini juga langsung berpengaruh kepada kehidupan kita sehari-hari. Dalam dunia pengobatan modern misalnya, obat itu haruslah sesuatu yang bisa dibuktikan dengan serangkaian tes yang panjang, dari mulai tes di tikus mencit sampai tes pada manusia. Zat yang bisa menyembuhkan itu-pun harus jelas namanya, karakternya, efek sampingnya dlsb.


Tidak ada salahnya memang semua ilmu pengetahuan ini, tetapi yang menjadi masalah adalah bila sampai kita meyakini bahwa obat itulah yang menyembuhkan. Yang menyembuhkan sakit kita hanyalah Allah (QS 26:80), sedangkan segala macam pengobatan adalah bagian dari ikhtiar manusia untuk memperoleh jalan penyembuhan. Penyembuhannya sendiri prerogative Allah, diberi kesembuhan atau tidak, bisa dijelaskan oleh ilmu pengetahuan atau tidak – semuanya ada di tanganNya.


Dalam urusan kebutuhan hidup kita juga demikian, percaya kepada yang ghaib akan membedakan bagaimana kita memenuhi kebutuhan hidup kita itu. Maraknya korupsi di negeri ini yang seolah telah melembaga dari daerah sampai pusat, sangat bisa jadi karena tidak adanya iman kepada yang ghaib tersebut.


Para pelakuknya tidak ada merasa ada yang mengawasi terus menerus dan tidak pernah luput pengawasannya. Bahwa perbuatannya akan dimintai pertanggung jawaban sampai sekecil-kecilnya. Bahwa rezeki dia sudah ditentukanNya, yang menjadi ujian adalah apakah dia akan memperolehnya secara batil atau secara hak.


Beriman kepada yang ghaib juga berpengaruh langsung bagi orang awam seperti kita – yang Alhamdulillah tidak diuji dengan kesempatan untuk bisa korupsi – kita diuji dengan berbagai bentuk ujian lainnya. Apakah kita bisa jujur pada saat berdagang, apakah kita tidak berbohong, menyembunyikan kebenaran dlsb.


Percaya kepada yang ghaib juga menentukan bagaimana kita berusaha bisa mengatasi persoalan-persoalan hidup kita. Kadang persoalan hidup itu terasa begitu berat, begitu besar – sehingga tidak terbayang oleh otak kita bagaimana mengatasinya.


Allah Yang Maha Kuasa, Allah Yang Maha Besar – tidak ada sesuatu yang terlalu berat atau terlalu besar untuk diatasi bila Allah menolong kita. Masalahnya adalah apakah kita telah berbuat cukup untuk menghadirkan pertolongan Allah ? Bagaimana menghadirkan pertolongan Allah ini ?


Disitulah percaya kepada yang ghaib itu menjadi kuncinya. Percaya tidak kita kalau janji Allah untuk menolong kita itu pasti benarnya ? tetapi untuk ini diperlukan syaratnya - yaitu antara lain kita harus juga menolong (Agama) Allah.


Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS 47 :7)


Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakal.” (QS 3:160)


Jadi nampaknya kunci kemenangan kita atas masalah dan tantangan yang kita hadapi itu ada di sikap dan tindak kita sendiri. Apakah kita beriman kepada yang ghaib, bahwa Allah akan menolong kita, bahwa bila Allah menolong kita – tidak akan ada lagi yang bisa mengalahkan kita.


Bila keimanan kepada yang ghaib itu ada dan menular secara luas di masyarakat, insyaAllah umat ini akan bisa berjaya dalam segala aspek kehidupannya. Kita berame-rame menolong Allah di bidang yang kita kita bisa, insyaAllah Allah akan menolong kita dan memenangkan kita – hingga tiada lagi yang bisa mengalahkan kita. InsyaAllah.

Cara mengamalkan petunjuk agar selamat dunia akhirat

Seorang anak kecil yang sangat nakal menangis siang malam mintatumbuh ini dan itu kepada orang tuanya. Dengan penuh kasih sayang sang orang tua-pun selalu memenuhi permintaan si anak. Namun setiap kali permintaannya diberi, si anak malah menolak pemberian orang tuanya sambil terus merengek minta ini dan minta it


u lagi. Demikianlah rata-rata kita manusia, permintaan kita yang paling banyak itu sebenarnya selalu dikabulkanNya – tetapi kita sendiri yang kemudian menolaknya ! (Gerai Dinar)


Siang malam setidaknya 17 kali kita meminta petunjuk kepadaNya dalam setiap raka’at sholat kita :


imageTunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (QS 1:6-7)


Do’a yang paling sering kita ucapkan ini sebenarnya langsung dijawab Allah, dan jawabannya-pun ditaruh sangat dekat dengan do’a kita. DitaruhNya di surat berikutnya, hanya berjarak satu ayat :


image

Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,” (QS 2:2)


Lihat kedekatan do’a dengan jawabannya ini - kita selalu minta petunjukNya - untuk diberi jalan yang lurus, dan langsung dijawabNya inilah (Al-Qur’an) jawabannya, petunjuk yang sama sekali tidak ada keraguan di dalamnya, petunjuk bari orang yang bertakwa.


Masalahnya adalah sudah kita gunakankah petunjuk yang tanpa keraguan tersebut ? kalau belum kita gunakan, mengapa ? apa yang menghalangi kita dari menggunakan petunjuk tanpa ragu tersebut ? Banyak sekali kemungkinannya untuk ini, hanya dua saja yang saya ulas di sini.


Kemungkinan pertama ya seperti si anak nakal tersebut, kita tidak tahu apa yang kita minta. Sehingga ketika kita diberi apa yang kita minta-pun kita juga tidak tahu apakah permintaan tersebut sesungguhnya telah dikabulkan, kita terus meminta tetapi terus tidak mengetahui permintaan itu sendiri.


Solusi untuk masalah yang pertama ini adalah belajar sholat khusyuk , belajar memahami makna dari setiap bacaan dalam sholat kita. Petunjuk untuk inipun jelas.


Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) sholat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk” (QS 2 :45). Kita tidak bisa memahami apalagi menghayati bacaan-bacaan dalam sholat kita bila kita tidak khusyuk.


Kemungkinan kedua kita tidak tahu bahwa  permintaan kita itu telah diberi, kita minta petunjuk dan sebenarnya kita sudah diberiNya petunjuk. Hanya saja kita tidak paham atau kurang paham akan petunjuk tersebut , dan akibat berikutnya karena tidak /kurang paham – tentu kita juga tidak terampil menggunakannya. Lantas apa solusi untuk masalah yang kedua ini ?


Sama dengan solusi untuk anak kecil yang nakal tersebut di atas, yaitu dididik dengan kurikulum pendidikan yang benar. Dalam kaitannya dengan petunjuk berupa Al-Qur’an , kurikulumnya itu jelas – yaitu mulai belajar membacanya, menghafalkannya, memahaminya, mengamalkannya dan mengajarkannya.


Untuk kita-kita yang sudah tua ini, minimal harus bisa lulus tiga dari lima target pelajaran tersebut. Pertama membacanya banyak-banyak, syukur-syukur bisa sampai hafal. Dengan ini paling tidak kita akan tahu secara umum apa isi Al-Qur’an itu, sehingga kita ada gambaran untuk mencari petunjuk itu adanya dimana pada saat kita membutuhkannya.


Kedua berusaha semaksimal yang kita bisa untuk memahami makna dan konteks dari ayat-ayatNya tersebut. Dan yang ketiga  adalah belajar menginternalisasikan pelajaran pertama dan kedua kedalam kehidupan sehari-hari kita. Kita tidak bisa melompat ke yang ketiga ini tanpa didahului yang kedua (paham), dan kita juga tidak sampai ke yang kedua bila kita tidak melakukan yang pertama – yaitu membacanya banyak-banyak.


Maka setiap kurikulum pendidikan ada metoda assessment-nya agar kita tahu bahwa kita menyerap ilmu tersebut atau tidak. System assessment untuk mengetahui berapa banyak kita membaca atau menghafal ayat-ayat Al-Qur’an inilah yang saat ini sedang disiapkan oleh team kami dalam suatu project yang kita sebut Quran Prize.


Melalui system inilah nantinya orang awam seperti kita akan di-encouraged untuk membaca banyak-banyak ayat-nya dan memuhasabah diri kita sendiri apakah dari waktu kewaktu bacaan kita bertambah atau malah sebaliknya berkurang. System yang sama bisa digunakan sebagai appresiasi kepada anak-anak kita yang meningkat penguasaan Al-Qur’annya, murid kita, karyawan kita, group pengajian kita dst.


System yang insyaAllah selesai sebelum Ramadhan nanti ini, barulah bagian kecil dari project besar yang kita sebut Proyek Penguasaan Al-Qur’an atau Mastering The Quran Project. Project yang bisa menjadi platform bagi kita semua untuk meningkatkan penguasaan Al-Qur’an kita dari waktu ke waktu.


Project ini merupakan project click and brick, ada yang kita persiapkan untuk available online – dan adapula yang harus berupa fisik. Yang online seperti yang sudah kita rintis dengan Learn Quran – pelajaran membaca Al-Qur’an bagi orang awam yang kini telah di download melalui Android Play Store oleh lebih dari 360,000 orang di seluruh dunia. Setelah ini insyaAllah segera lahir Qur’an Prize, dan nantinya juga proyek-proyek untuk meningkatkan pemahaman dan mengasah keterampilan dalam pengamalan ayat-ayatNya.


Yang brick atau offline adalah seperti yang sudah kita lakukan dengan Kuttab Al-Fatih yang kini telah menyebar di 10 kota di Indonesia. Tingkat lanjutan dari Kuttab inipun kini telah hadir sampai tingkat SMP dan SMA yang kita sebut Madrasah Al-Fatih di Hambalang Bogor. Kuttab dan Madrasah Al-Fatih adalah project fisik (brick) agar anak-anak kita piawai dalam membaca, menghafalkan sampai memahami ayat-ayatNya dengan sebaik mungkin.


Diluar Kuttab dan madrasah tersebut, untuk umum juga telah kita mulai hadirkan Baitul Hikmah – yaitu untuk memulai mengkaji ayat-ayatNya secara lebih mendalam sekaligus persiapan untuk implementasinya dalam perbagai project amal. Untuk project amalnya sendiri yang telah kita mulai rintis adalah penerapan ayat-ayat Al-Qur’an dalam bidang pertanian, pangan, industri, teknologi dlsb.


Inti dari semua project-project rintisan click and brick tersebut semuanya sebenarnya hanya satu, yaitu bagaimana kita membidikkan seluruh kegiatan kita untuk konvergen menuju satu tujuan yaitu bagaimana kita bisa memahami dan mengamalkan petunjuk-petunjukNya itu agar dengan itu kita bisa mencapai ridloNya, yang hanya dengan ridloNya inilah kita bisa selamat di dunia dan di akhirat.


Mengapa project ini kami sampaikan ke Anda ? Karena menunjukkan satu kebaikan adalah sama dengan melakukan kebaikan itu sendiri. Bisa jadi kita belum bisa membuat banyak perbedaan dari kompleksitas permasalahan bangsa dan umat yang sangat besar ini, tetapi satu dua amal kecil bisa membuat banyak perubahan bagi yang beramal tersebut. Dalam Mastering Quran Project ini, Anda bisa ikut beramal mulai dari menggunakan produk-produknya atau bahkan bila ingin berbuat lebih - Andapun bisa menjadi donatur maupun pelaksana-pelaksananya di lapangan. Kita membutuhkan banyak sukarelawan/magang lapangan dalam perbagai keahlian seperti arsitektur, IT dlsb.


Sama seperti anak kecil tersebut di atas, tentu kita tidak ingin selamanya hanya bisa merengek minta ini itu. Kita semua tentu ingin beranjak dewasa dan mulai bisa memahami bahwa do’a kita sesungguhnya telah selalu dijawabNya…. “inilah kitab Al-Qur’an yang tidak ada keraguan didalamnya, petunjuk bagi orang-orang bertakwa” .

Sumber Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Terdepan

 Bisnis Syari'ah
Napoleon Bonaparte – panglima perang Perancis yang sangat terkenal – suatu saat mengagumi Islam, bagaimana Agama ini bisa menaklukkan separuh peradaban dunia yang ada pada jamannya dengan penaklukan-penaklukan yang damai. Barangkali karena kekagumaan ini sampai timbul kabar – konon dia masuk Islam pada tahun 1798 dan mengubah namanya menjadi Ali Napoleon Bonaparte. Terlepas dari benar tidaknya kabar ini, orang sekaliber Napoleon-pun memang perlu kagum dengan Islam  bila tahu apa yang dibawa dalam agama ini. (GeraiDinar)

Agama ini bisa merubah seluruh aspek kehidupan manusia, dari kehidupan yang jahiliah – gelap gulita menjadi kehidupan yang terang benderang. Kitab agama ini adalah sumber penerang-nya; bahkan nama lain dari Al-Qur’an itu adalah An-Nur atau cahaya (QS 4:174).

Bahwa Al-Qur’an adalah jawaban atau solusi untuk segala permasalahan kehidupan manusia, itupun dijanjikan oleh Allah (QS 16:89). Maka di bidang apapun manusia modern ini bekerja, sesungguhnya dia bisa menjadikan Al-Qur’an sebagai sumber ilmu dan inspirasinya.

Pada Al-Qur’an Juz 30 , yaitu juz yang paling awal dan banyak dihafal sejak anak-anak-pun sudah tersimpan ilmu yang amat sangat luas dan dalam bagi yang mau mendalaminya. Ambil misalnya surat Al-Ghasyiyah yang banyak sekali dihafal : “…Maka tidakkah mereka memperhatikan unta – bagaimana diciptakan ? Dan langit bagaimana ditinggikan?, dan gunung-gunung bangaimana ditegakkan ?, dan bumi bagaimana dihamparkan ?...” Bukankah di dalam ayat-ayat ini tersimpan ilmu tentang zoology, astronomy, geology…?

Bahkan dalam satu rangkaian ayat –ayat berikut, Allah menebarkan segudang ilmu yang bisa menjadi rujukan manusia hingga saat ini. Perhatikan rangkaiannya berikut :

Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud karunia dari Kami. (Kami berfirman): "Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang bersama Daud", dan Kami telah melunakkan besi untuknya, (yaitu) buatlah baju besi yang besar-besar dan ukurlah anyamannya; dan kerjakanlah amalan yang saleh. Sesungguhnya Aku melihat apa yang kamu kerjakan. Dan Kami (tundukkan) angin bagi Sulaiman, yang perjalanannya di waktu pagi sama dengan perjalanan sebulan dan perjalanannya di waktu sore sama dengan perjalanan sebulan (pula) dan Kami alirkan cairan tembaga baginya. Dan sebahagian dari jin ada yang bekerja di hadapannya (di bawah kekuasaannya) dengan izin Tuhannya. Dan siapa yang menyimpang di antara mereka dari perintah Kami, Kami rasakan kepadanya azab neraka yang apinya menyala-nyala. Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba Ku yang berterima kasih. Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang gaib tentulah mereka tidak tetap dalam siksa yang menghinakan. Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (Kepada mereka dikatakan): "Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun". (QS 34 : 10-15)

Hanya dengan enam ayat saja di surat Saba’ ini, kita sudah dirangsang untuk mengembangkan ilmu metalurgi, standar industri, transportasi yang dasyat, ilmu konstruksi, ilmu kesehatan, pertanian, logistic dan pengelolaan negeri yang baik. Setiap ayat dan bahkan kata dalam Al-Qur’an, itu adalah sumber ilmu yang tidak akan habis digali manusia hingga akhir jaman.

Masalahnya adalah mengapa sekarang umat ini dengan bekal yang begitu kuat tidak memimpin peradaban saat ini ? inipun dijelaskan olehNya, penyebab ini semua adalah sebuah contoh yang terjadi pada umat yang lain : “... Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian dari padamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat…” (QS 2:85)

Sekarang umat ini bisa berintrospeksi, bagian-bagian manakah dari ayat-ayatnya yang sudah kita imani dan ikuti ? bagian manakah yang kita abaikan dan lalaikan ?

Dalam ibadah-ibadah khusus bisa jadi kita sudah ikuti petunjuk-petunjukNya itu, namun bagaimana dengan ibadah umum lainnya, bagaimana dengan muamalah kita, bagaimana dengan hukum kita, bagaimana dengan pengelolaan sumber daya alam kita, bagaimana dengan idustri kita, dengan pendidikan dan kesehatan kita dlsb. Sudahkan kita mengikuti petunjukNya itu di bidang kita masing-masing  ?

Bila belum, ada dua kemungkinan – bisa jadi kita belum tahu saja. Maka cara terbaiknya adalah membaca sebanyak mungkin apa-apa yang ada di Al-Qur’an. Bisa jadi pula kita sudah membaca dan sudah paham, hanya belum cukup untuk mendorong kita bersikap dan berbuat seperti petunjuk itu – untuk yang kedua ini yang dibutuhkan adalah exercise atau latihan terus menerus agar kita terampil dalam mengamalkan ayat-ayatnya - terampil untuk memahami dan menggunakan petunjukNya untuk mengatasi persoalan-persoalan dalam bidang kehidupan kita.

Bagaimana konkritnya ? dari mana kita mulai ? bagi Anda yang sudah lancar membaca Al-Qur’an dan paham pula artinya, Anda tinggal mengasah ketrampilan Anda untuk mengamalkannya. Bagi yang belum bisa membacanya dengan lancar, saat ini sangat banyak pelajaran membacanya di Masjid-Masjid bahkan juga di kantor-kantor.

Bahkan bagi Anda yang karena satu dan lain hal tidak bisa hadir dalam pelajaran fisik, banyak sekali aplikasi pelajaran Al-Qur’an yang ada di dunia maya. Salah satunya adalah yang di develop oleh team kami di Badr Interactive dengan nama Learn Quran yang dapat di download gratis di Play Store-nya Android. Aplikasi yang sederhana yang kami luncurkan dua tahun lalu tersebut hingga kini telah didownload oleh lebih dari 360,000 pengguna dan utamanya adalah pengguna-pengguna di luar negeri.

Berangkat dari pengalaman ini – bahwa dengan effort yang tidak terlalu berat kita sudah bisa ‘mengajar Al-Qur’an’ bagi ratusan ribu penduduk dunia, insyaAllah dalam beberapa bulan kedepan – targetnya sebelum Ramadhan kami akan meluncurkan web dan kemudian juga aplikasi yang bertujuan untuk mendorong dan menghargai - encouragement and appreciation - bagi para pembaca/penghafal Al-Qur’an.

Ini mencontoh langsung apa yang dilakukan oleh Uswatun Hasanah kita dahulu, bahwa para penghafal Al-Qur’an memiliki kedudukan lebih dibandingkan dengan yang lain. Suatu penugasan diberikan kepada yang hafalannya lebih, begitupun ketika perang uhud menelan banyak korban dari pasukan kaum muslimin – Nabi mendahulukan yang hafalannya banyak yang ditangani lebih dahulu. Bahkan di Surga nanti tempat kita  sampai setinggi apa juga dibedakan dengan seberapa banyak  Qur’an yang ada  pada diri (hafalan) kita.

Bila Rasul-pun menempatkan kedudukan seseorang berdasarkan hafalannya, dan Allah-pun di surga menentukan kedudukan kita berdasarkan hafalan kita - tentu termasuk didalamnya pemahaman dan pengamalannya, tidakkah kita sekarang ingin mulai memperlakukan manusia juga dengan sudut pandang demikian ?

Maka project dakwah yang kita sebut Quran Prize ini nantinya insyaAllah akan menyediakan online and realtime platform, bagi siapapun yang ingin menghargai orang lain berdasarkan hafalannya. Bagi orang awam, Quran Prize akan menjadi alat muhasabah – seberapa banyak kita tahu tentang isi Al-Qur’an dari waktu ke waktu.

Bagi para hafidz dan hafidzah Quran Prize akan menjadi alat untuk memonitor hafalannya agar jangan sampai ada yang hilang. Bagi perusahaan bisa menjadi insentif untuk memberikan bonus bagi karyawan yang memiliki QPS (Quran Prize Score) di atas nilai tertentu. Bagi sekolah dan perguruan tinggi bisa menjadi alat untuk memonitor perkembangan penguasaan Al-Qur’an untuk siswa-siswinya.

Bagi para penderma yang ingin memberi beasiswa kepada anak-anak sekolah dari SD sampai perguruan tinggi, mereka bisa menggunakan QPS untuk menentukan apakah si fulan berhak menerima beasiswa setiap bulan, atau perlu dicabut bila QPS-nya turun dibawah standard tertentu.

QPS juga akan dengan cepat bisa melihat apakah suatu negeri rata-rata penduduknya membaca Al-Qur’an dengan lebih baik dari negeri lain atau sebaliknya. Dengan QPS pula  100,000 orang di Gelora Bung Karno misalnya akan bisa diketahu siapa yang bacaan Qurannya terbanyak – hanya dalam tempo sekitar 30 menit !

Bayangkan sekarang bila membaca Al-Qur’an menjadi budaya, maka saat itu tools yang sama bisa dikembangkan lebih lanjut untuk bisa mendorong pemahaman dan aplikasinya di masyarakat. Saat itulah peradaban Al-Qur’an akan meliliti dunia seperti benang yang digulung sampai menutupi sebuah bola.

Saat ini benang yang menutupi bola dunia tersebut adalah cuitan twitter dan ‘tembok ratapan’-nya facebook, rakyat Indonesia sudah jago dibidang keduanya – mencuit dan meratap – maka mengapa tidak kita juga buktikan sebaliknya, bahwa kita bisa mengajari dunia untuk membaca Al-qur’an dan bener-bener menghargai orang-orang yang terbaik dalam melakukannya. InsyaAllah.


Manfaatkan teknologi online untuk dagang dan dakwah


Tidak semua penguasa yang tidak beriman itu bengis seperti Fir’aun, ada yang tidak beriman tetapi penuh kelembutan seperti Ratu Balqis. Dia semula tidak beriman bukan hatinya menolak atau menentang Allah, tetapi hanya karena belum sampai kepadanya dakwah yang sesuai.  Maka ketika sampai kepadanya dakwah Nabi Sulaiman ‘Alaihi Salam yang berhasil mempesonanya, ratu yang memimpin salah satu negeri paling makmur dan terkenal di jazirah Arab ini-pun serta merta beriman. Pesona Nabi Sulaiman ‘Alaihi Salam inilah yang barangkali kita butuhkan saat ini untuk 'Balqis-Balqis' di luar sana. (GeraiDinar)

marketing  online technology

Apa pesona nabi Sulaiman ‘Alaihi Salam tersebut ? berdasarkan kronologi penuturannya di Al-Qur’an saya menemukan setidaknya ada lima pesona yang membuat Ratu Balqis bertekuk lutut dan kemudian beriman.

Pesona pertama adalah kelembutan kata-kata Nabi Sulaiman ‘Alaihi Salam ketika meminta Ratu Balqis menyerahkan diri, kata-kata yang lemah lembut tidak membuatnya tersinggung, tidak merasa kehormatannya sebagai ratu direndahkan – bahkan dia malah memujinya di depan para penggede negeri Saba. Pengakuan Balqis ini diabadikan oleh Allah dalam ayat berikut :

Berkata ia (Balqis): "Hai pembesar-pembesar, sesungguhnya telah disampaikan kepadaku sebuah surat yang mulia. Sesungguhnya surat itu, dari Sulaiman dan sesungguhnya (isi) nya: "Bismillahirrahmanirrahiim - Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” (QS 27:29-30)

Pesona yang kedua adalah ketika Nabi Sulaiman ‘Alaihi Salam menolak hadiah yang diberikan oleh utusan Ratu Balqis. Kebiasaan penguasa negeri, meskipun negerinya kaya dan penguasanya sangat kaya – mereka selalu masih mau menerima hadiah atau upeti dari negeri atau manusia lain, tidak demikian dengan Nabi Sulaiman ‘Alaihi Salam.

Dia merasa cukup dengan apa yang diberikan oleh Allah kepadanya : “Maka tatkala utusan itu sampai kepada Sulaiman, Sulaiman berkata: "Apakah (patut) kamu menolong aku dengan harta? maka apa yang diberikan Allah kepadaku lebih baik daripada apa yang diberikan-Nya kepadamu; tetapi kamu merasa bangga dengan hadiahmu.” (QS 27:36)

Pesona yang ketiga adalah perlakuan Nabi Sulaiman ‘Alaihi Salam terhadap para utusan dan semua kabar/reputasi baik yang sampai ke Ratu Balqis – yang kemudian membuat hatinya tergerak untuk mendatangi langsung kerajaan Sulaiman.

Pesona keempat adalah ketika Sulaiman ‘Alaihi Salam menyambut kedatangan Ratu Balqis dengan singgasana Ratu Balqis sendiri yang secara khusus didatangkan Sulaiman dalam sekejap. Pengakuan Ratu Balqis yang ini diabadikan Allah dalam ayat berikut :

Dan ketika Balqis datang, ditanyakanlah kepadanya: "Serupa inikah singgasanamu?" Dia menjawab: "Seakan-akan singgasana ini singgasanaku, kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah diri". (QS 27:42)

Dan pesona kelima adalah ketika ratu dari negeri yang sangat makmur dan terkenal di Arab itu menjadi kelihatan ‘ndeso’ dihadapan Sulaiman ‘Alaihi Salam. Diabadikan di ayat berikut di dalam Al-Qur’an ;

Dikatakan kepadanya: "Masuklah ke dalam istana". Maka tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya kedua betisnya. Berkatalah Sulaiman: "Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dari kaca". Berkatalah Balqis: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat dlalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam". (QS 27:44)

Maka lima pesona Sulaiman ‘Alaihi Salam inilah yang barangkali juga kita perlukan untuk menaklukkan dunia saat ini. Yaitu kombinasi dari kelemah lembutan bahasa, kecukupan hati – tidak serakah, kehalusan budi, ketinggian ilmu dan keunggulan obsesi.

Uswatun Hasanah kita-pun dipuji Allah dalam hal kelemah –lembutan dan kehalusan hatinya  : “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.” (QS 3:159)

Bila Uswatun Hasanah kita saja berlaku lemah lembut dan berhati halus, maka tidak sepantasnya kita bersikap keras dan berlaku kasar terhadap orang lain di luar sana – kecuali yang jelas-jelas memusuhi kita.

Jangankan menarik 'Balqis-Balqis' untuk beriman, orang yang sudah mulai  beriman-pun bisa lari menjauh bila didakwahi dengan cara yang keras dan kasar seperti yang disinyalir oleh Allah dalam ayat d atas  “…tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu…”.

Ketinggian ilmu dan keunggulan obsesi juga menjadi instrumen dakwah yang efektif. Nabi Musa ‘Alaihi Salam diberi mukjizat menaklukkan sihir karena dia diberi tugas dakwah ke  Fir’aun yang obsesinya sihir. Nabi Isa 'Alaihi Salam diberi kemampuan pengobatan yang sangat tinggi, karena obsesi jamannya adalah ilmu pengobatan.

Nabi Sulaiman 'Alaihi Salam diberi kerajaan dan kekayaan yang belum pernah diberikan kepada manusia sebelumnya dan tidak sesudahnya, salah satunya adalah karena tugas dakwahnya meliputi penaklukan Ratu Balqis yang memimpin negeri yang sudah sangat makmur pada jamannya. Maka demikianlah kita umat Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam, mendapatkan tugas dakwah di jaman modern ini yang masyarakatnya terobsesi dengan segala macam ilmu dan teknologi.

Mukjizat Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah Al-Qur’an yang merupakan sumber segala sumber ilmu, dari segala sumber ilmu inilah lahir segala bentuk Science dan Technology yang dibutuhkan oleh umat di jaman ini.

Bila umat ini benar-benar menguasai petunjukNya yaitu Al-Qur’an dan benar-benar menggunakannya sebagai petunjuk dan panduan hidupnya, pasti umat ini mampu mengungguli obsesi apapun yang hadir di jaman ini. Keunggulan umat ini – bila memenuhi syaratnya – dijanjikan oleh Allah dalam dua ayat berikut : “(Al Qur'an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS 3:138-139)

Maka kita harus bisa membawakan petunjuk ini untuk bisa benar-benar menjadi keunggulan umat, bisa menaklukkan obsesi apapun dari 'Ratu Balqis-Ratu Balqis' jaman ini. InsyaAllah.


9 dari 10 Pintu Rezeki adalah Perdagangan


 Tumbuh tunasBila ada satu cabang fiqih yang terlewatkan oleh umat jaman ini, yang oleh karenanya kita terpuruk dalam banyak bidang – maka bisa jadi itu adalah fiqih wasilah. Bahwa perkara yang wajib tidak bisa terlaksana secara sempurna tanpa adanya suatu hal, maka mengadakan hal tersebut menjadi wajib pula hukumnya. Tengok sekarang kewajiban-kewajiban di sekitar kita yang belum terlaksana dengan baik seperti memberi makan bagi 19.4 juta penduduk negeri ini yang masih kelaparan menurut laporan FAO terakhir, pengelolaan kebutuhan dasar seperti kesehatan yang masih mengandung riba yang diwajibkan , masalah TKW dan berbagai contoh kasus-kasus lainnya. Bagaimana masalah-masalah ini diselesaikan dengan fiqih wasilah ? (Geraidinar)

Tiga contoh kasus yang saya ungkapkan di atas yaitu kelaparan, riba dan ternodanya kehormatan adalah contoh sejumlah hal yang wajib kita atasi dan wajib kita peduli. Iman kita tidak sempurna ketika kita tidur nyenyak sementara ada tetangga kita yang lapar, riba malah mengeluarkan kita dari iman dan seterusnya.

Tetangga dalam Islam adalah 40 rumah ke kanan - ke kiri - ke depan dan ke belakang atau totalnya sekitar 160 rumah di sekitar kita. Dengan data FAO terakhir 19.4 juta orang di negeri ini yang masih tidur dalam kondisi lapar, artinya ada sekitar 1 orang lapar di setiap 13 orang di negeri ini – jadi secara rata-rata ada sekitar 12 rumah yang masih kelaparan dari setiap 160 rumah yang masuk dalam definisi tetangga kita tersebut. Bagaimana kita bisa tidur nyenyak karenanya ?

Riba yang kita lanjutkan membuat kita seperti lelaki kusut yang habis menempuh perjalanan jauh, ketika berdo’a  Ya Rabb- Ya Rabb – do’anya tidak terkabulkan karena pakaian dan makanannya bercampur riba. Bagaimana kita bisa menerima riba yang terus berkelanjutan ?

Dahulu di jaman Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam ketika ada kehormatan seorang wanita muslimah diganggu Yahudi dari kaum Bani Qainuqa’, inipun cukup bagi Rasullullah untuk mengirim pasukannya.  Sekarang apa yang kita kirimkan ketika sekian banyak wanita-wanita kita yang kehormatannya terganggu ketika bekerja di negeri yang jauh ?, bahkan sebagian mereka yang bekerja di negeri non-muslim menutup aurat-pun tidak dibolehkan.

Apa yang kita kirimkan untuk melindungi para wanita kita tersebut ? alih-alih kita mengirim pasukan, kita malah masih terus mengirimkan lebih banyak lagi wanita-wanita kita ke negeri-negeri yang sudah terbukti dengan begitu banyak kasus melecehkan wanita kita. Kita baru punya wacana untuk menghentikannya, entah tahun kapan !

Lihat sekarang tiga contoh kasus tersebut ? Sekarang wasilah atau jalan apa yang bisa kita tempuh untuk mengatasinya ? memberi makan bagi yang masih lapar, memberi solusi masalah kesehatan dlsb yang bebas riba, dan juga menjaga kehormatan umat ini secara umum dan khususnya wanita-wanita kita. Apapun solusi untuk itu , itulah wasilah yang menjadi wajib bagi kita untuk mengadakannya.

Saya melihat salah satunya adalah hal yang dicontohkan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam langsung, yang bisa mengatasi tiga hal tersebut sekaligus. Apa itu ? yaitu membuat pasar bagi kaum muslimin yang dibatasi dengan dua hal saja yaitu falaa yuntaqasanna wa laa yudrabanna – jangan dipersempit agar semua orang bisa berjualan, jangan dibebani dengan biaya-biaya agar tidak ada entry barrier bagi yang tidak berpunya untuk mulai bisa berjualan.

Mengapa pasar menjadi sangat penting untuk gerakan memberi makan  bagi yang lapar ini ? Selain perdagangan adalah 9 dari 10 pintu rezeki, semua gerakan ekonomi itu lokomotifnya ada di pasar. Bila tidak ada pasar yang bisa diakses, maka unit-unit kegiatan ekonomi itu adalah seperti gerbong-gerbong kereta yang tidak bisa berjalan karena tidak ada lokomotif yang menariknya.

 dagang dengan system syari'ah

Bagi saya yang terlahir dari keluarga petani dan kinipun masih bertani, kami para petani ini merindukan sekali akan adanya pasar seperti pasar yang dibuat Rasulullah Ahallallahu ‘Alaihi Wasallam. Pasar dimana dagangan kami tidak dicegat oleh para tengkulak atau calo di tengah jalan dan dibeli dengan harga seenaknya, pasar dimana tidak ada preman dan mafia pasar yang mencegat kami di pintu-pintu pasar sehingga tidak bisa mengakses harga pasar yang sesungguhnya.

Kendala pasar inipula yang membuat para petani sulit meningkatkan daya beli, yang kemudian karena faktor inilah sebagian mereka membiarkan anak-anak gadis mereka pergi untuk bekerja ke negeri yang jauh lengkap dengan segala resikonya.

Sekarang kita bisa paham relevansinya pasar dengan pengentasan kemiskinan, pemberian makan bagi yang lapar dan menjaga kehormatan. Tetapi apa relevansi pasar dengan upaya meninggalkan riba yang diwajibkan ?

Di Al-Qur’an riba itu dilawan dengan dua hal yaitu jual-beli dan sedekah (QS 2:275-276), ketika wasilah untuk berjual beli (pasar) tersedia maka kegiatan jual beli akan berjalan lancar, umat akan makmur. Umat yang makmur akan lebih mudah untuk memilih, mereka tidak harus menggunakan fasilitas ribawi ketika sakit, ketika butuh dana modal dlsb.

Umat yang lancar perdagangannya diharapkan pula lancar sedekahnya, dana sedekah yang banyak yang mengumpul di baitul mal- baitul mal akan bisa digunakan untuk memberi pinjaman atau pertolongan bagi yang membutuhkannya – tanpa harus menggunakan dana para rentenir.

Kedudukan strategis pasar dalam mengatasi perbagai persoalan ekonomi umat tersebut juga tercermin dengan timing (waktu) dari contoh yang diberikan langsung oleh Rasulullah Shallallhu ‘Alaihi Wasallam ketika mendirikan pasar, yaitu beliau membuat pasar bagi kaum muslimin masih di tahun-tahun awal setelah beliau hijrah ke Madinah. Ini menunjukkan betapa pentingnya kedudukan pasar dalam membangun negeri kaum muslimin saat itu yaitu negeri Madinah.

Kekalahan kaum muslimin sekarang dalam bidang ekonomi yang kemudian merembet kemana-mana, juga diawali karena kita kalah di pasar. Maka pasar inilah salah satu wasilah yang harus diperjuangkan sekuat tenaga – agar kaum muslimin di jaman ini bisa kembali bangkit di segala bidang.

Setelah akses pasar terbuka bagi semua orang-pun, masih sangat bisa jadi ada saja orang yang tetap kelaparan. Mereka adalah orang-orang tua yang tidak lagi kuat bekerja, para janda yang tidak tahu harus berbuat apa dan lain sebagainya. Sangat bisa jadi mereka ini adalah bagian dari 12 rumah dari 160 rumah tetangga kita, artinya kewajibannya ada pada kita.

Bisakah kita membiarkan mereka lapar sementara kita tidur nyenyak ? bisakah kita beralasan tidak tahu keberadaan mereka sehingga tidak tergerak untuk menyantuninya ? Semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita, kemudian dari sinilah munculnya kewajiban dalam fiqih wasilah yang satu lagi di jaman ini – yaitu pendataan kelaparan !

Selama ini kita tidak bisa menyantuni tentangga-tetangga kita yang kelaparan karena tidak adanya data yang akurat untuk ini – kita tidak rahu keberadaan mereka, maka pengadaan data orang-orang miskin disekitar kita ini menjadi wajib berdasarkan kaidah fiqih wasilah diawal tulisan ini. Di jaman teknologi dimana setiap jengkal tanah di muka bumi bisa dipetakan, masak data kependudukan tidak bisa akurat mendeteksi fakir miskin yang butuh pertolongan – insyaallah pasti bisa.

Bila 70 tahun sudah kita merdeka dan 7 presiden telah berganti  tetapi kemiskinan dan kelaparan masih begitu besar seperti data FAO tersebut di atas, maka sangat bisa jadi solusinya memang bukan dari pemerintah – tetapi umat inilah yang harus bisa memberi solusi. Untuk membuat pasar bagi umat memang perlu resources yang sangat besar, namun untuk inipun kami tidak berhenti memikirkan dan mengupayakannya sejak pemikiran Bazaar Madinah kami luncurkan beberapa tahun lalu.

Tetapi pengadaan data dan solusi untuk mengatasi kelaparan bagi 19.4 juta orang negeri ini tersebut di atas insyaAllah bisa kita lakukan bersama-sama secara lebih cepat. Yayasan Dana Wakaf Indonesia bahkan akan mensponsori situs dan aplikasi crowdsourcing, untuk mendeteksi adanya hot spot kelaparan di negeri ini baik skala kecil (tetangga kita) ataupun skala besar – suatu daerah.

Melalui crowdsourcing pula kemudian akan dilakukan verifikasi terhadap data-data tersebut, dan yang terakhir lagi-lagi juga menggunakan pendekatan yang sama (crowd sourcing) masalah kelaparan ini akan diatasi. Situs dan aplikasi untuk mengatasi kelaparan tersebut kami berinama HungerZone (hunger.zone) – numpang ketenaran Hunger Game - untuk menarik anak-anak muda dari berbagai kalangan dan latar belakang untuk terlibat dalam gerakan pengentasan kelaparan ini – agar kita semua bisa tidur nyenyak setelah itu !

Bagi Anda anak-anak muda yang jago programing, jago membuat game dan sejenisnya yang berminat membantu kami – silahkan menghubungi kami baik sebagai sukarelawan untuk menyiapkan situs dan aplikasi HungerZone, ataupun kerja professional berbayar yang wajar karena Yayasan Dana Wakaf Indonesia insyaAllah akan menyediakan anggarannya untuk ini.

Dengan contoh aplikatif dalam mengatasi problem kelaparan kontemporer tersebut, insyaAllah sekarang kita bisa melihat – bahwa masalah-masalah besar yang selama ini tidak teratasi oleh pemerintahan demi pemerintahan negeri ini – solusinya bisa jadi justru pada umat ini ketika umat ini paham dan mau mengamalkan salah satu cabang ilmu fiqihnya yaitu fiqih wasilah tersebut di atas.

Bayangkan sekarang bila fiqih wasilah ini diterapkan dalam segala bidang, maka tidak akan ada halangan bagi umat ini untuk melaksanakan kewajiban-kewajibannya kecuali halangan tersebut akan dihilangkannya. Tidak akan ada lagi hal-hal yang keberadaannya dibutuhkan untuk terlaksananya suatu kewajiban kecuali hal-hal tersebut diupayakan sekuat tenaga keberadaannya. InsyaAllah.


Menguasai pasar dengan kebersamaan vs kapitalisme

Kekuatan kebersamaan
Naqabah
Bila para penggerak ekonomi Islam selama ini lebih focus pada pilar keuangan/modal, dan sedikit tentang pasar- – kini waktu yang sangat tepat juga untuk membahas masalah produksi . Sebenarnya kita juga tidak perlu reinvent the wheel karena selama berabad-abad dunia Islam juga sudah menggerakkan produksi dalam skala besar. Bedanya dengan produksi a la kapitalisme adalah mereka terkonsentrasi pada modal besar, sedangkan dalam Islam produksi menyebar dalam sejumlah besar orang yang tergabung dalam apa yang disebut naqabah.  (Muhaimin Iqbal).

Tidak ada terjemahan bahasa yang pas utuk naqabah ini, tetapi dalam bahasa Inggris yang terdekat adalah guild. Dalam bahasa Indonesia yang cukup dekat adalah serikat, asosiasi, perkumpulan dlsb. Bedanya kalau serikat, asosiasi dlsb. cenderung bersifat horizontal (usaha sejenis) sedangkan naqabah bisa horizontal maupun vertical (integrasi hulu sampai hilir). 

Sebagai contoh naqabah yang disebut waraqiin  di abad pertengahan, dia meliputi integrasi horizontal maupun vertical seluruh perajin dan praktisi atau bahasa sekarang artisan yang terkait dengan kertas. Ada yang menulis kitab, ada yang menulis ulang kitab tersebut untuk digandakan, ada yang membuat atau menyediakan kertasnya, ada yang khusus menjilidnya, ada yang khusus membuat kaligrafi di sampul dan pinggiran halaman dst, – semuanya berkumpul dalam waraqiin tersebut. 

Dengan adanya organisasi waraqiin yang sangat besar inilah dunia Islam di abad pertengahan sudah mencetak kitab-kitab yang tidak terhitung banyaknya – yang belum pernah ada yang menandingi pada jamannya. Yang cukup mendekati juga di jaman modern ini adalah koperasi produksi yang mengurusi produsen sejenis tetapi menyertakan juga supplier bahan bakunya, maupun produsen barang lanjutannya.

Dengan konsep naqabah ini maka setiap anggota focus pada keahliannya, dia bagian dari industri besar tetapi bukan milik segelintir orang saja –industri besar itu milik bersama – yang setiap anggotanya berperan maksimal di bidangnya masing-masing, setiap orang berkesempatan untuk maju yang sama. 

Lantas dari mana kalau kita mau menghidupkan produksi besar dengan pendekatan naqabah ini ? Persis seperti orang belajar berenang, cara satu –satunya yang terbaik adalah nyebur – bukan berteori atau berwacana. Dengan nyebur mungkin kita akan glagepan sesaat, tetapi setelah itu insyaAllah kita akan bisa berenang. 

Tetapi menceburkan diri di kolam juga harus perhitungan, harus ada guru yang sudah bisa berenang di dalam kolam tersebut – bukan menceburkan diri secara nekat, bisa tenggelam bener kalau sendirian. Inilah exactly yang terjadi di lingkungan naqabah, dahulu pada setiap keahlian – setidaknya ada tiga jenjang. Yang pertama adalah ahlinya sendiri, kemudian ada asistennya – yang memiliki keahlian cukup tetapi belum selevel sang ahli, dan yang terakhir adalah tingkat murid yang belajar ilmu dan prakteknya (bahasa sekarang magang). 

Dengan tiga level ini sang guru selalu bisa menularkan dan mewariskan ilmunya terus menerus ke generasi sesudahnya. Sang guru juga tidak menarik bayaran kepada sang murid, bahkan biasanya sang guru yang membiayai sang murid untuk belajar. 

Disinilah letak bedanya yang sangat nyata dengan prinsip ekonomi kapitalisme. Di dunia kapitalisme misalnya Anda bisa buat resoran yang enak, maka Anda akan menarik keuntungan sebesar-besarnya dengan menjual franchise yang mahal bagi yang tertarik mengikutinya – padahal yang mengikutinya ini belum tentu juga berhasil. Sehingga yang semakin kaya adalah si penemu restoran saja, pengikutnya tidak memiliki kesempatan yang sama. 

Dengan system naqabah kalau Anda bisa membuat restoran yang sangat enak, maka Anda mencari murid-murid yang bisa diandalkan untuk meneruskan dan mengembangkannya – dan Anda akan rela membayar untuk itu. Restoran Anda menjadi besar, tetapi bukan uang Anda yang banyak – amal Anda yang banyak ! karena menunjukkan suatu kebaikan sama dengan melaksanakan kebaikan itu sendiri. 

Lagi-lagi ilmu Islam itu menuntut pengamalan, hanya menguasai ilmu dan mendiskusikannya – belum mengeluarkan kita dari himpunan besar orang-orang yang merugi – karena yang dikeluarkan dari himpunan tersebut adalah orang yang beriman dan beramal shaleh. Maka demikian pula ilmu tentang naqabah ini, harus kita amalkan, mulai dari yang kita bisa. 

Sudah hampir setahun ini kami bersama teman-teman di lingkungan Telkom melalui koperasi pegawai mereka Telco – Tekom Coperative – merintis startup yang diharapkan bisa menjadi lokomotif bagi sharing economy dari negeri ini yang mengolah kekayaan yang luar biasa dari negeri katulistiwa, negeri rayuan pulau kelapa. 

Lokomotif tersebut berupa perusahaan - PT. Etherische Olie International – yang fokusnya mengolah berbagai tanaman yang menghasilkan minyak atsiri atau essential oils, inilah kekayaan biodiversity Indonesia yang tiada duanya di dunia. 

Meskipun ini berupa perusahaan dan sekarang mulai dikenal di dunia melalui berbagai pameran international mewakili negeri ini – di bidangnya – kita tidak ingin tumbuh sendirian seperti perusahaan di dunia kapitalisme pada umumnya. 

Kita ingin mengajak seluas mungkin masyarakat ikut belajar ilmu yang kami kembangkan di Etherische, kemudian juga menjalankannya dan tumbuh bersama kami. Bahkan kami ada rencana untuk melahirkan Etherische Institute – untuk mengembangkan dan menyebarluaskan segala ilmu dan skills yang terkait dengan minyak atsiri. 

Saat ini Indonesia Startup Center memfasilitasi bagi masyarakat yang ingin belajar untuk industri atsiri ini. Hanya karena kapasitas kantor kami yang terbatas di startup center, kami akan menyeleksi ketat dengan urutan kriteria sebagai berikut ;

-    Sarjana dalam bidang apapun asal memiliki passion di bidang pertanian, awalnya ini kita pilih sarjana karena waktu kita mendidik yang tidak banyak, jadi harus bisa belajar mandiri di lingkungan kami dengan input dan sarana-prasarana yang serba terbatas.

-  Diutamakan yang terampil mengemudikan mobil dan memiliki sim A, karena lokasi kebun yang menyebar sepanjang Jawa – Bali – akan merepotkan kalau harus diantar pengemudi. -        Memiliki motif yang kuat untuk mengamalkan ilmunya sendiri, bukan sekedar belajar sambil nunggu panggilan lowongan pekerjaan dari perusahaan lain.

Target lulusan magang ini adalah menjadi praktisi bisnis agribiz yang mandiri, dan untuk ini bila peserta ingin langsung menggarap lahannya sendiri – kami sudah sediakan lahannya untuk dibeli rame-rame di Tanjung Lesung Agroplis – kota pertanian yang kita bangun di Pandeglang – Banten. 

Selain untuk buah dan sayur, di daerah tersebut sangat cocok untuk ditanaman atsiri seperti sereh wangi maupun yang berbasis  rempahrempah seperti lada – maka di daerah ini ada teluk yang namanya Teluk Lada karena dahlu memang penghasil lada. 

Lada selain untuk rempah, juga bahan baku minyak atsiri yang dibutuhkan dunia. Selain rempah-rempah yang multi purpose ini, bahanbahan minyak atsiri seperti sereh wangi, nilam dlsb.  juga sangat bisa dikembangkan menjadi tanaman pendamping disela-sela alpukat,  kelapa dlsb. 

Maka inilah konsep pembelajaran sekaligus praktek membangun kekuatan industri – tidak dengan mengandalkan kekuatan modal semata seperti di dunia kapitalisme – tetapi mengandalkan kebersamaan dan kesetaraan kesempatan bagi semua yang memiliki passion di bidang ini – yaitu agroindustry dalam pengertian yang seluasnya. 

Kita tidak dengan mengandalkan kekuatan modal semata seperti di dunia kapitalisme – tetapi mengandalkan kebersamaan dan kesetaraan kesempatan bagi semua yang memiliki passion di bidang ini, yaitu perdagangan. Pelajari !